Fatwa Ulama’ Tentang Hukum Karma


Fatwa Ulama’ Tentang Hukum Karma

Karma

Fatwa Asy Syaikh Muhammad bin Abdillah Al Imam Hafizhahullah

Fatwa Syaikh Muhammad Abdillah Al Imam hafizhahullah

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومَنْ والاه، أما بعد:

Syaikh kami -semoga Allah menjaga Anda- di negeri kami Indonesia terdapat sebuah provinsi yang mayoritas penduduknya bergama Hindu, dan dahulu Indonesia di abad-abad yang lalu sebelum kedatangan Islam atau kurang lebih sebelum abad keenam Hijriyah- keyakinan penduduknya adalah agama Hindu dan atheisme. Maka tatkala  Islam datang –dengan karunia Allah- mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam sedikit demi sedikit, walaupun pada sebagian mereka masih ada sisa-sisa dari sebagian keyakinan Hindu dan masih ada sedikit penduduknya yang masih memeluk agama Hindu hingga sekarang. DR. Muhammad Al-A’zhamy menyebutkan bahwa di Indonesia ada upaya seruan yang kuat untuk mengembalikan Indonesia kepada agama Hindu. Dan sebagaimana yang anda ketahui bahwa diantara keyakinan terpenting agama Hindu adalah mengimani apa yang disebut dengan “karma”.

Maka kami mengajukan kepada guru dan orang tua kami yang mulia Asy-Syaikh Muhammad bin Abdillah Al-Imam – hafizhahullah – beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan karma sebagai berikut:

1)Apa hukum karma menurut pandangan syariat Islam dan apakah itu ada atau mungkin ada dalam Islam?

2) Apakah karma memiliki jenis keserupaan dengan kaedah yang mulia dalam syariat Islam yaitu: “Balasan sesuai dengan jenis perbuatan?”

3)Apakah bisa dikatakan bahwa keyakinan karma ini merupakan keyakinan orang yang mengingkari takdir.

4)Orang yang mengatakan bahwa karma mungkin saja ada dalam syariat Islam, apakah dia di atas kebenaran ataukah dia terjatuh dalam kesalahan? Jika itu merupakan kesalahan, apa nesehat anda kepadanya?

Dan apa nasehat anda bagi orang yang ingin mengingkari orang yang mengatakan adanya kemungkinan karma itu dalam Islam?

Mohon fatwanya untuk kami, semoga Allah membalas anda dengan kebaikan dan memberkahi ilmu anda dan membimbing anda.

الحمد لله وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمداً عبده ورسوله، أما بعد:

Lafazh “karma” adalah lafazh yang global, dan banyak manusia yang tersesat dengan sebab kata-kata yang global, jadi akidah yang benar terhadap perjumpaan dengan Allah tidaklah dibangun di atas lafazh “karma”, yaitu dengan menilainya memiliki makna: “balasan terhadap amal” karena maknanya masih umum (masih butuh penjelasan -pent):

Siapakah yang akan memberi balasan atas amal ini, dengan apa membalasnya dan sampai kapan balasan ini akan terus berlangsung? Maka atas dasar ini, hendaklah diketahui bahwa keyakinan terhadap perjumpaan dengan Allah tidaklah diambil kecuali dari Al-Qur’an Al-Karim dan As-Sunnah yang suci.

Dan termasuk yang menunjukkan bathilnya akidah “karma” adalah dia ditafsirkan dengan reinkarnasi, dan menunjukkan tidak adanya keimanan terhadap perjumpaan dengan Allah Azza wa Jalla. Maka yang wajib adalah mendakwahi manusia agar beriman dengan kehidupan akherat dengan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Dan saya nasehatkan kepada saudara-saudaraku -semoga Allah menjaga mereka- janganlah mereka berselisih karena lafazh-lafazh ini, seperti “karma” dan yang semisalnya. Karena sesungguhnya Allah telah mencukupi kita dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, sehingga cukuplah keduanya sebagai hujjah dan dalil yang dengannya kita berdalil dan kita dakwahkan kepadanya.

Saudara kalian: Muhammad bin Abdillah Al-Imam

Stempel resmi tertanggal 7/5/1434 H

Karma, Aqidah Terpenting Hindu

[Asy Syaikh Muhammad Al A’zhami]

Berikut nukilan persaksian dari Syaikh Prof. DR. Muhammad Al A’zhami yang beliau ini adalah Profesor di Fakultas Hadits Jami’ah Islamiyah Madinah, penulis Al Aqidah Al Hindi Al Kubra, menguasai bahasa Sanskerta, Urdu, Inggris. Beliau mengeluarkan bantahan juga terhadap aqidah Nasrani dengan membuktikan bahwa  mereka ini banyak mengadopsi ajaran-ajaran dari Hindu.

Beliau menjelaskan panjang lebar aqidah Hindu diantaranya karma dan beliau sama sekali tidak menjadikan setengahpun ayat ataupun hadits sebagai dalil bahwa aqidah tersebut senafas/memiliki kesesuaian dengan Islam (seperti yang difatwakan oleh Syaikh Abu Muhammad Dzulqarnain hadahullah). Beliau tidak pula memahami karma sebagaimana yang dipahami oleh orang awam (yang secara historis masih terpengaruh dengan adat budaya turun temurun dari serpihan-serpihan keyakinan pra-Islam) untuk kemudian mencarikan pembenaran keyakinan tersebut dari ayat ataupun hadits yang beliau hafal, bahkan beliau menyingkap kerancuan, kesesatan dan kebatilannya. Walhamdulillah.

File audio penjelasan beliau ini telah kami upload pada 29/02/2012 sebelum makalah pertama tentang hukum karma kami publikasikan [02/03/2012] dan telah kami sertakan pula sebagai bukti pada makalah terdahulu. Waktu tersebut penting kami sampaikan agar tidak ada celah bagi para fanatikus hukum karma [mungkin saja ada di dalam Islam yang berdalih dengan beberapa ayat suci dan hadits mulia yang dicocok-cocokkan dengan hawa nafsunya] untuk menuduh kami semata mencari pembenaran dari pernyataan para ulama seusai kami menyusun makalah tentang karma):

“Termasuk akidah mereka yang paling penting adalah karmaKarma maknanya adalah setiap amal memiliki balasan, amal apapun, gerakan apapun yang engkau lakukan maka itu memiliki balasan. Karma, sepertinya karma ini merupakan keyakinan yang telah tertancap kuat dalam hati mereka, sampai-sampai sebagian sekte agama Hindu yang terkenal dengan Jainiyyah karena kuatnya keyakinan mereka terhadap karma – kita berlindung kepada Allah darinya – mereka tidak mau memakai pakaian dan hidup dalam keadaan telanjang. Mereka memiliki tempat-tempat ibadah yang khusus. Kenapa mereka tidak mau mengenakan pakaian? Mereka mengatakan, “Pakaian memiliki fungsi menolak perbuatan, yaitu masuknya sampah atau serangga atau segala sesuatu ke dalam jasad dan jasad itu akan mati. Kita menyebutnya apa? Sebab. Dengan kematian ini kami menjadi siapa? Kami menjadi termasuk sebab. Oleh karena itulah kami tidak akan mengenakan pakaian.” Seperti inilah karma ini. Bagaimana hingga sampai pada titik, sampai pada batas seperti ini? Setiap amalan ada balasannya, atau setiap perbuatan ada balasannya. Dan termasuk balasan ini sebagaimana yang saya katakan sekarang ini adalah dalam keyakinan karma mereka. Mereka mengimani karma tetapi apakah mereka konsekwen dengan karma ini? Kita katakan tidak. Tidak konsekwen. Mereka mengimani ini, tetapi seandainya salah seorang dari mereka mengingkari salah satu jenis karma maka itu bukan termasuk agama Hindu walaupun dia orang Hindu. Maksudnya dia memakai pakaian dia tetap orang Hindu, dia tidak memakai juga tetap orang Hindu. Ini maknanya. Jika dia memakai pakaian dia tetap orang Hindu, dia tidak memakai juga tetap orang Hindu. Ini merupakan keyakinan, tetapi mereka tidak konsekwen dengan keyakinan ini. Dengan sebab karma ini menjadikan mereka meyakini adanya reinkarnasi. Akidah karma ini menjadikan mereka meyakini adanya reinkarnasi. Dan reinkarnasi dekat dengan pemahaman sebagian kelompok yang terpecah dari Islam, yaitu sebagian kelompok yang muncul pada abad ke 2 Hijriyah ada yang meyakini reinkarnasi.

Dari keyakinan karma ini bercabanglah sebagiannya dalam bentuk keyakinan reinkarnasi. Maknanya semua perbuatan manusia di dunia ini memiliki akibat. Perbuatan apa saja yang dilakukannya di dunia ini memiliki akibat. Akibat-akibat ini kapan munculnya? Sebagiannya ada yang muncul di dunia ini dan sebagiannya ada yang muncul setelah kematian dengan bentuk reinkarnasiMaknanya; jika engkau wahai fulan, melakukan sebuah perbuatan yang baik dan bermanfaat dan engkau dilahirkan di kehidupan lain yang lebih tinggi tingkatannya dari yang sekarang ini. Adapun jika engkau melakukan perbuatan buruk yang tidak bermanfaat, maka engkau akan dilahirkan di kehidupan yang lain dengan bentuk serangga, hewan atau yang lainnya yang buruk. Jika engkau berada di tingkatan yang tinggi, bisa jadi engkau nanti akan dilahirkan pada tingkatan rendah.

Ada hal yang perlu kalian ketahui tentang tingkatan-tingkatan ini. Agama Hindu ada 4 tingkatan. Agama Hindu membagi manusia menjadi 4 tingkatan. Tingkatan pertama disebut Brahmana, mereka ini adalah orang-orang Arya. Mereka ini seakan-akan keturunan Allah. Mereka meyakini, “Kami dari keturunan Brahma.” Maksudnya yang kita (umat Islam) lafazhkan dengan Allah…”

File suara: http://goo.gl/GAjJ7 atau http://goo.gl/BkxiM

Setelah penjelasan gamblang di atas, masih adakah muslimin yang nekat meyakini bahwa ada ayat suci Al Qur’anul Karim dan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam serta prinsip mulia al jaza’ min jinsil ‘amal yang membenarkan adanya hukum karma di dalam Islam?

Subhanallah, ini adalah kedustaan yang sangat sangat nyata.

Karma apa kata mereka_resize_resize

Baca juga